Jumat, 19 Agustus 2016

FF BTS Lucky Fans pt 11

Tittle : Lucky Fans pt 11
Author : Nana Amalina (author tetap)
Cast : Park Jimin (BTS Jimin), Gishella (OC), Jeon Jeong Guk (BTS Jungkook), All member BTS, and other.
Genre : Romance
Lenght : Part
Rating : PG17 /?
Happy Reading^^
Silent readers ? GO AWAY !!
WARNING TYPO DIMANA-MANA! Hati-hati alur yang kadang tidak sesuai, kalimat susah dimengerti dan kalimat yang berulang-ulang.


Saat ini waktu sudah menunjukan pukul setengah lima sore. Shella yang baru saja selesai mandi keluar dari kamarnya untuk melihat keadaan diluar.
“Oppa, apa kau melihat Jungkook ?” tanya Shella begitu melihat Rapmon yang berjalan lewat didepannya.
“Jungkook ? sepertinya dia sedang bertemu seseorang” jawab Rapmon menghentikan langkahnya.
“nugu ??”


Author Pov

“nugu ?” tanya Shella.
“hmm, aku tidak tahu” jawab Rapmon memasang raut wajah sedang berfikir.
“dimana itu ?”
“hmm, sepertinya Palace Hotel”
“mwoo ?? Hotel ??” Shella sedikit terkejut.
Rapmon hanya mengangguk.
“dengan siapa dia kesana ? mereka bertemu dikamar berapa ?” tanya Shella beruntun.
“dia diantarkan oleh salah satu staff kami. Ah iya, ini tempatnya” ucap Rapmon mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya yang tadi diberikan Jungkook kepadanya.
“Palace Hotel, room 771, time 17.00” Shella membaca isi kertas yang diberikan oleh Rapmon.
“baiklah, gomawo Oppa. Aku akan menyusulnya” ucap Shella cukup penasaran dengan siapa seseorang yang akan bertemu dengan Jungkook dihotel seperti itu. Lagipula bukankan itu sangat berbahaya untuk Jungkook keluar sendirian seperti itu.
Kemudian dia bergegas berjalan keluar meninggalkan Rapmon.

**
Shella berjalan menuju garasi rumah dengan terburu-buru. Dia sempat bertemu dengan Jimin didepan pintu rumahnya tetapi Shella mengabaikannya dan tidak mengucapkan sepatah katapun pada Jimin, lewat begitu saja.
“oh, Shella-ya ? kau akan kemana ?” tanya Jimin yang bingung melihat tingkah Shella.
Shella mengabaikan ucapan Jimin dan segera masuk kedalam mobilnya.
“hyaa, Shella-ya” panggil Jimin mengetuk jendela mobil milik Shella.
Tapi tetap saja tidak mendapat jawaban dari Shella yang kemudian menyalakan mesin mobilnya.
Tanpa pikir panjang, Jimin langsung berlari menuju pintu sebelah kiri mobil dan duduk disamping kemudi.
“hyaaa, apa yang kau lakukan ?” tanya Shella melihat Jimin sudah duduk disebelahnya.
“kau mengabaikan pertanyaanku tadi. Cepat jalanlah, bukankah kau sedang terburu-buru tadi ?” ucap Jimin.
“aishhhh” gerutu Shella dengan wajah kesalnya. Yang kemudian menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya.
**

Jungkook yang diantar oleh salah satu staffnya itu sudah tiba lebih dulu tiba didepan lobi hotel.
“ahjussi, aku akan meneleponmu nanti jika urusanku sudah selesai” ucap Jungkook kepada staff yang mengantarnya.
“baik” staff itu memberi hormat pada Jungkook dan segera meninggalkan Jungkook.
Jungkook mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam hotel yang cukup mewah itu dan segera mencari tahu dimanakah letak kamar tersebut.
“excusme, dimanakah letak kamar nomer 771 ?” tanya Jungkook kepada resepsionis yang ada dihotel tersebut menggunakan bahasa Inggris pas-pasannya.
“ada dilantai 8, anda bisa menggunakan lift untuk kesana” ucap resepsionis menjawab ramah pertanyaan Jungkook dengan menggunakan bahasa Inggris juga.
Sekilas semua orang yang berada didalam lobi itu menatap Jungkook dengan tatapan yang aneh. Karena memang mereka jarang melihat orang Korea yang datang ke Indonesia, ditambah dengan wajah Jungkook yang lumayan imut dan tampan. Dan itu cukup membuat Jungkook sedikit risih juga. Beruntung orang-orang yang berada didalam lobi itu tidak ada yang mengenali siapa dirinya.
Kemudian Jungkook menutupi wajahnya dengan kacamata hitam besar dan maskernya. Dan segera pergi dari lobi hotel tersebut.
Jungkook telah tiba didepan pintu kamar hotel yang dia tuju. Dia cukup penasaran juga siapakah orang meminta menemuinya dinegara yang masih asing menurut Jungkook. Dan darimana dia mendapatkan info tempat dia tinggal selama di Indonesia.
Jungkook mulai menekan tombol bel kamar tersebut, membuka kacamata dan maskernya. Dan tidak lama seseorang mulai membuka pintunya.
Jungkook terkejut melihat seseorang yang tengah berdiri dihadapannya. Bagaimana bisa orang itu ada dihadapannya sekarang ? Jungkook belum siap bertemu dengan orang itu saat ini.
“kau datang ?” ucap gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Dan benar, seseorang yang ada dihadapan Jungkook saat ini adalah Kim Hyu Ra, gadis yang sangat dicintai Jungkook. Gadis yang telah membuat Jungkook berubah selama beberapa hari ini menjadi lebih murung karena berita yang disampaikannya. Gadis yang mampu membuat Jungkook menunggu beberapa tahun. Dan gadis yang mampu membuat Jungkook melakukan apapun demi dirinya.

Jungkook Pov

Aku masih berdiri mematung dihadapannya. Bibirku terlalu kaku untuk sekedar mengucapkan salam atau apapun itu. Rasanya tubuhku ingin segera memeluknya, tapi itu sudah tidak mungkin lagi sekarang. Aku menatap matanya dalam. Sekilas bayangan Shella muncul dalam benakku, tapi tidak banyak yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa berbohong jika aku benar-benar masih mencintainya.
‘Oh Tuhan, aku benar-benar merindukannya, maafkan aku Shella.’ ucapku dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari dalam kamar milik Hyura.
“Hyura, siapa yang datang ?” ucap laki-laki itu datang menghampiri Hyura.
“oh, Jungkook kau sudah datang ?” ucap laki-laki itu yang tak lain adalah JungMyeon.
Seharusnya aku sudah memikirkan hal itu jika lelaki itu akan ikut juga bersama Hyura. Aku mengabaikan sapaannya, ada sedikit rasa tidak suka dengannya didalam hatiku.
“Oppa, aku akan berbicara dengannya sebentar diluar” pinta Hyura.
“baiklah, hati-hati kau belum mengenal tempat ini” ucap JungMyeon dan memberikan jaket pada Hyura.
Hyura mengangguk membalas perkataan JungMyeon.

**
Author Pov

Tidak lama mobil Shella memasuki kawasan parkir di Palace Hotel. Untungnya jarak komplek rumah Shella dengan hotel itu tidak begitu jauh. Karena sebenarnya hotel ini juga bagian dari komplek rumahnya, istilahnya masih satu lingkungan.
“tempat apa ini ?” tanya Jimin melihat kesekeliling.
“apakah ini hotel ???” tanya Jimin lagi.
“mau apa kau ke hotel ?” Jimin mulai terkejut.
“apakah kau akan bertemu dengan lelaki dihotel ?”
“hyaaa!! Tutup mulutmu! Kau berisik sekali” ucap Shella yang mulai gerah dengan pertanyaan Jimin yang beruntun tersebut.
Shella buru-buru keluar dari mobilnya dan berjalan dengan langkah yang cepat.
“hya, sebenarnya apa yang akan kau lakukan disini ?” tanya Jimin lagi berusaha mengikuti langkah Shella.
“kau tunggu saja disini, jangan kemana-mana” ucap Shella setelah sampai pada lobi hotel tersebut.
“oiya, gunakan ini” Shella memberikan kacamata hitam dan topi yang dia bawa kepada Jimin.
“pakailah supaya tidak ketahuan orang lain, itu akan membahayakan bagimu” ucap Shella.
Shella berjalan selangkah meninggalkan Jimin, namun sedetik kemudian dia berbalik.
“dan ingat! Jangan berbicara pada orang lain disini. cukup duduk dan mainkanlah ponselmu, tunggulah sampai aku kembali” perintah Shella lagi.
“arra” jawab Jimin singkat.
Lalu kemudian Shella mulai menaiki lift dan berjalan menuju kamar yang dia tuju. Tetapi belum sempat Shella sampai didepan pintu kamar hotel tersebut, dia melihat Jungkook berada didepan pintu itu dan berbicara dengan seorang wanita.
Dengan cepat Shella menyembunyikan dirinya dibalik tembok dinding pemisah antar kamar hotel dan memperhatikannya dari kejauhan. Shella merasa tidak asing dengan wanita tersebut, dia berfikir sejenak dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku jaketnya untuk mencari tahu.
“ahh kau benar, wanita itu adalah Hyura” ucap Shella setelah membaca berita tentang pernikahan wanita yang disukai Jungkook.
“jadi dia yang meminta Jungkook bertemu dihotel seperti ini” ucap Shella dalam hatinya.
Kenapa hatinya tiba-tiba menjadi sangat sakit melihat itu ? apakah ini pertanda jika Jungkook akan meninggalkannya dan kembali pada wanita itu? Bahkan wanita itu sampai jauh-jauh datang ke Indonesia untuk bertemu dengan Jungkook.
Kemudian dia melihat Hyura dan Jungkook berjalan menuju lift.
‘kemana dia akan pergi ?’ ucap Shella dalam hatinya.
Setelah mereka masuk kedalam lift, Shella menatap lantai yang akan mereka tuju, yaitu atap gedung. Kemudian Shella mengikutinya secara diam-diam.
**

Jungkook mengikuti langkah Hyura yang mengajaknya keatap gedung hotel tersebut dan duduk disebuah bangku panjang yang berada disana. Mungkin karena disitu tidak ada orang sama sekali, hanya ada mereka berdua. Tanpa menyadari ada seseorang yang tengah mengikuti mereka.
“ada apa ?” tanya Jungkook mulai membuka pembicaraan.
“sebelumnya, aku ingin mengucapkan maaf kepadamu” jawab Hyura.
“untuk apa ?” tanya Jungkook dengan nada dinginnya.
“karena perkataanku waktu itu. aku tahu saat ini kau membenciku bukan ? itu memang sudah pantas aku terima. Tapi aku sangat senang kau masih mau datang untuk menemuiku” ucap Hyura.
“cih, aku tidak tahu kau yang memintaku untuk kesini. Jika itu dirimu aku tidak akan membuang-buang waktu sekarang” ucap Jungkook masih dengan nada dinginnya.
Melihat Jungkook seperti itu benar-benar membuat hati Hyura terpukul. Jungkook yang biasanya selalu melontarkan senyuman ketika dengannya tiba-tiba saja berubah menjadi dingin seperti ini. Tetapi tentu saja Hyura tahu apa alasan Jungkook seperti itu.
“apakah jika aku yang memintamu kau tidak akan datang ?” ucap Hyura lirih.
“untuk apa aku menemuimu lagi ?” ucap Jungkook ketus.
“apakah begitu besarnya rasa bencimu padaku ?” Hyura mulai meneteskan air matanya yang sudah tak mampu lagi dibendung oleh kedua kelopak matanya.
“mengapa kau tidak pernah sedikitpun bertanya bagaimana perasaanku ?” ucap Hyura dan ternyata air matanya semakin deras bercucuran membasahi pipinya.
Jujur saja dalam hati Jungkook dia tidak sanggup melihat orang yang dicintainya itu menangis seperti itu, terlebih ini baru pertama kalinya dia melihat Hyura menangis.
“bagaimana menurutmu ? apa kau tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku mendengarmu berbicara seperti itu ?” balas Jungkook.
“kenapa kau tidak pernah berusaha mencari tahu alasannya ?” ucap Hyura dengan semakin membesarkan isakan tangisnya.
Jungkook kembali memutar otak, karena memang benar selama ini dia tidak pernah berfikir akan menanyakan alasannya pada Hyura. Dan Jungkook mulai merasa iba melihat Hyura seperti itu.
“maafkan aku Hyura” ucap Jungkook pelan dan mulai menatap Hyura.
Hyura terdiam ditengah isakan tangisnya.
“maafkan aku” ucap Jungkook lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Lalu Jungkook turun dari tempat duduknya dan bertekuk lutut didepan Hyura.
“aku mohon jangan menikah dengannya” ucap Jungkook yang juga mulai meneteskan air matanya. Mungkin satu-satunya cara agar Jungkook tidak kehilangan cintanya adalah seperti ini.
“Jungkookkie” panggil Hyura melihat perlakuan Jungkook.
“aku mohon, aku sungguh mencintaimu Hyura. Aku memang bodoh, tapi jika kau melakukan ini padaku, aku tidak tahu harus bagaimana lagi” Jungkook menunduk.
“hanya dirimu satu-satunya yang aku punya, ku mohon jangan tinggalkan aku” ucap Jungkook lagi.
Dia tidak peduli bagaimana Hyura memandang Jungkook sekarang. Tapi memang seperti itulah perasaan dia sebenarnya.
“iroena, tak seharusnya kau melakukan ini” Hyura mengusap air matanya sendiri dan membangunkan Jungkook untuk berdiri.
“maafkan aku” ucap Jungkook.
Hyura mulai memeluk tubuh Jungkook, mencoba menangkan lelaki yang sebenarnya juga sangat dicintainya tersebut.
“aku yang seharusnya minta maaf” ucap Hyura mengelus punggung Jungkook.
“jangan menangis lagi, kau seperti anak kecil sekarang” ucap Hyura lagi.
“aku sungguh mencintaimu” Jungkook melepaskan pelukan Hyura, mengelus pelan pipi lembut Hyura.
“aku tau” jawab Hyura lirih.
Dan Jungkook mulai mendekatkan wajahnya pada Hyura, yang tak lama Jungkook mencium halus bibir Hyura dan melumatnya bibir manis Hyura. Hyura mulai membalas ciuman dari Jungkook. Ini adalah ciuman kedua kalinya untuk mereka.

**
Disisi lain, Shella berdiri mematung dari balik pintu menatap Jungkook dan Hyura dari kejauhan. Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas dan jatuh terduduk diatas lantai. Tidak lama Shella mulai mengeluarkan isakan tangisnya. Hanya sakit didalam hatinya yang dapat dia rasakan saat ini.
Shella memutuskan untuk pergi segera dari tempat itu sebelum luka dihatinya semakin parah.
Shella menyelusuri koridor dengan langkah gontai dan linglung, tubuhnya lemas sekali. Dan rasanya lututnya tidak mampu lagi menopang tubuh mungilnya. Airmatanya terus menerus keluar membasahi pipinya.
Sudah beberapa kali Shella hampir terjatuh. Hatinya begitu sakit hingga menjalar keseluruh tubuhnya. Dia belum menyadari bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Dan saat ingin berbelok menuju lift tubuh Shella ingin terjatuh lagi, tapi seseorang segera menahannya.
“ah, maaf” ucap Shella lemas membungkukkan badannya tanpa menoleh kepada orang yang membantunya tersebut.
“gwenchana ?”
Mendengar suara yang tak asing baginya itu Shella sontak menolah ke arahnya.
“ohh, Jimin ??? sedang apa kau disini ? bukankah aku menyuruhmu menunggu dibawah ?” ucap Shella.
“bagimana bisa aku membiarkanmu sendirian” jawab Jimin.
“apa kau mengikutiku ?” tanya Shella.
“hmm” Jimin hanya menganggukan kepalanya.
“jadi kau juga sudah tau semuanya ?” ucap Shella lirih.
“hmm” Jimin menganggukkan kepalanya kembali.
Shella terdiam, hatinya semakin sakit rasanya. Dan tiba-tiba saja tangisan itu meledak dihadapan Jimin. Bukankah Jimin menyuruhnya untuk tidak terluka lagi ? namun sepertinya Shella tidak bisa.
“kau baik-baik saja ?” tanya Jimin mengusap air mata Shella yang berjatuhan memabasahi pipinya.
Jimin mengerti sekali perasaan Shella saat ini, karena Jimin juga melihat kejadian apa yang Jungkook lakukan.
Shella hanya terdiam melanjutkan tangisannya yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.
Jimin berjalan mendekat dan memeluk tubuh Shella.
“bukankan aku bilang kau tidak boleh terluka lagi ?” ucap Jimin yang merasa terluka juga melihat Shella seperti ini.
“mianhe, aku tidak bisa” jawab Shella dipelukan Jimin.
Jimin mengelus pelan rambut Shella dan mencoba menenangkannya dalam pelukannya.

**
Hari sudah mulai malam, Jungkook dan Hyura berjalan kembali menuju kamar Hyura. Dan tiba-tiba saja kepala Hyura terasa sakit sekali. Dia menghentikan langkahnya bersandar pada dinding dikoridor hotel tersebut.
“Hyura, kau kenapa ?” tanya Jungkook dengan wajah panik dan memegangi tubuh Hyura.
“aku baik-baik saja” jawab Hyura tersenyum lemas mencoba untuk berdiri tegak kembali.
“kau pucat sekali, apa kau sakit ?” tanya Jungkook memegang dahi Hyura.
“tidak, mungkin aku hanya telat makan saja” jawab Hyura.
Jungkook memapah Hyura berjalan kembali kekamarnya.
Setelah sampai didepan kamar Jungkook mulai memencet bel dan tidak lama JungMyeon membukakan pintunya.
“Hyura, kenapa kau baru kembali ?” tanya JungMyeon.
“mian Oppa” jawab Hyura lemas.
Perlahan pandangan Hyura mulai kabur, kepalanya terasa berat sekali. Hidungnya mulai mengeluarkan darah lagi.
“Hyura, kau tidak apa-apa ?” ucap JungMyeon.
Dan tiba-tiba saja ‘Bruk’ Hyura pingsan kedalam pelukan JungMyeon.
“Hyura, apa yang terjadi ? bangunlah” JungMyeon mengangkat tubuh Hyura masuk kedalam kamarnya dan meletakannya dikasur.
JungMyeon mengeluarkan beberapa peralatan obat-obatan yang selalu dia bawa saat kemanapun dia pergi bersama Hyura. Dan dia mulai memasang alat bantu pernafasan dan infus pada Hyura.
Jungkook yang panik ikut membantu JungMyeon. Tangan Jungkook tidak pernah lepas dari genggaman tangan Hyura. Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang dicintainya tersebut?
“Hyura iroena, apa yang sebenarnya terjadi denganmu ?” ucap Jungkook menghela nafasnya merasa bersalah dan bingung.
“Jungkook, aku berbicara denganmu sebentar” panggil JungMyeon setelah selesai melakukan pertolongan pertama pada Hyura.
JungMyeon mengajak Jungkook berbicara pada ruang tamu yang terdapat pada kamar hotel tersebut.
“sebelumnya aku ingin bertanya dahulu, apa yang sebenarnya terjadi pada Hyura ?” tanya Jungkook tegas.
“sebenarnya aku sudah lama ingin mengatakan ini padamu, tapi Hyura selalu melarangku”
“apa ?” tanya Jungkook penasaran.
“dia mengidap penyakit yang serius itu sudah stadium akhir” ucap JungMyeon.
“mwo ?? cih, apa kau bercanda ?” ucap Jungkook tidak percaya, karena selama dia sekolah bersama Hyura, dia tidak pernah mengeluh sedikitpun tentang penyakitnya.
“lihat saja dia sekarang, apa aku terlihat bercanda ?”
Jungkook diam sejenak. Dia memang tidak tahu apa-apa perihal penyakit Hyura, karena Hyura memang menyembunyikannya dari Jungkook. Dan sebenarnya karena itulah Hyura selalu menolak Jungkook untuk menjadi kekasihnya, karena itu akan lebih menyakitkan dari penyakitnya sekarang.
“bukankah kau bertanya-tanya bukan ? mengapa tiba-tiba dia akan menikah denganku ?” tanya JungMyeon.
Jungkook menatap JungMyeon lekat, seakan dia tidak suka dengan kata-kata menikah yang diucapkan olehnya.
“itu karena permintaan orang tuanya, kami dijodohkan” ucap JungMyeon.
“mwoo ??” Jungkook sedikit terkejut.
“orang tuanya mengira aku bisa menjaga Hyura dengan baik. Dan ayahnya adalah teman baik dari ayahku. Aku tahu Hyura sangat mencintaimu, dia selalu mengatakan itu padaku setiap hari. Maka dari itu aku mengizinkan dia untuk bertemu denganmu disini. tak ku sangka keadaannya memburuk seperti itu” jelas JungMyeon.
Jungkook mendengarkan ucapan JungMyeon tak percaya. Bagaimana bisa itu menimpa kepada gadis yang disukainya ? bahkan dia baru tahu ternyata Hyura juga mencintainya. Apa alasan dia selalu menolaknya karena penyakitnya itu ? Ah Hyura, kau benar-benar.
“aku akan mengambil penerbangan kembali ke Korea besok dan segera memeriksakan kondisi Hyura” ucap JungMyeon.
Jungkook hanya mengangguk mengerti. Tidak banyak yang bisa dilakukan olehnya. Perasaannya sangat begitu menyesal, mengapa dia tidak mengetahui dari awal soal penyakit Hyura? Mengapa dia bodoh sekali dan hanya memikirkan dirinya sendiri? Sedangkan selama ini gadis yang dicintainya menahan rasa sakit yang parah. Dan saat ini Jungkook merasa tidak berguna bagi Hyura ?
“bolehkah aku tinggal disini malam ini ? aku rasanya aku tidak bisa meninggalkannya” pinta Jungkook.
“hffss, tapi aku rasa itu akan membuatnya semakin memburuk, lebih baik dia tenang dulu tanpa kau” ucap JungMyeon menghela nafas.
“berikan aku kesempatan untuk menjaganya, bagaimanapun aku adalah satu-satunya lelaki yang tidak akan menyakitinya” ucap Jungkook menatap tajam mata JungMyeon.
“baiklah, tetapi jika kau tidak akan memperburuk keadaannya” ucap JungMyeon tegas.


Di mobil Shella.
“Shella-ya, kita mau kemana ? aku tidak hafal jalan” Jimin yang duduk dibalik kemudi itu bingung harus melajukan mobilnya kemana.
Shella masih terdiam menatap keluar jendela. Pikirannya tidak bisa tenang malam ini. Air matanya masih terjatuh membasahi mimpinya. Seharusnya sejak awal Shella sudah tau akan terjadi seperti ini.
Jimin yang sedang menyetir makin tidak tahu harus membawa Shella kemana. Jelas saja dia tidak tahu daerah disini.
Jimin memutuskan untuk segera berhenti meminggirkan mobilnya, daripada dia terus berjalan tak tentu arah.
“Shella-ya ?” panggil Jimin lembut.
Shella masih saja belum menjawab panggilan Jimin, bahkan dia enggan untuk sekedar menolehkan pandangannya. Entah berapa liter air mata yang sudah dia keluarkan saat ini.
“Shella, aku mohon hentikan” ucap Jimin lagi dengan nada yang lembut.
Dan saat ini Shella mulai menolehkan wajahnya menatap Jimin. Matanya sudah mulai membengkak karena sudah hampir 3 jam dia menangis.
Jimin mengelus pelan kepala Shella. Jimin tidak tahu harus bagaimana dengan keadaan Shella sekarang.
“kau ingin pergi kesuatu tempat ? tunjukan aku jalannya. Aku akan mengantarmu” ucap Jimin.
Shella hanya mengangguk kepalanya.

**
Setelah sekian lama menempuh perjalanan, akhirnya sampai juga. Tidak lama Jimin mulai memarkirkan mobilnya.
“apakah ini tempatnya ? lumayan juga. ayo kita keluar” ucap Jimin melihat pemandangan disekitar tempat itu.
Jimin dan Shella mulai turun dari tempat itu dan duduk diatap mobil.
“ternyata di Indonesia ada tempat seperti ini. Ini sangat indah” ucap Jimin.
“ini satu-satu tempat yang masih asri di Jakarta, ini aset Appaku” ucap Shella sedikit menjelaskan dengan suara lemahnya.
“ahh, lihatnya seluruh kota bisa terlihat dari sini” ucap Jimin terpesona dengan pemandangan diatas bukit tersebut.
Shella dan Jimin begitu menikmati pemandangan dari atas bukit tersebut. Dan tiba-tiba saja Shella mulai terisak kembali.
“apa yang harus aku lakukan ?” ucap Shella ditengah isakan tangisnya. Hatinya begitu sakit sekali.
“berhentilah menangis, itu akan membuatku terluka juga” ucap Jimin.
Dan itu malah membuat isakan tangis Shella semakin membesar.
“mianheee, aku tidak berguna lagi sekarang” ucap Shella.
“Shella, aku mohon berhentilah” ucap Jimin. Tangannya mencoba menggenggam tangan Shella yang sedang menggenggam erat dressnya. Bagaimanapun Jimin tidak akan membiarkan gadis yang disukai itu terluka terlalu dalam. Bukankah Jimin sudah berjanji untuk selalu mengobati setiap luka yang ada pada tubuh Shella.
Shella menolehkan wajahnya pada Jimin.
“berhentilah menangis” pinta Jimin lagi, lalu tangan kiri Jimin mulai menghapus air mata yang membasahi pipi Shella.
“kau akan baik-baik saja Shella-ya” ucap Jimin yang kemudian memeluk erat tubuh mungil Shella. Mendekapnya dengan penuh harapan, memberikan kehangatan padanya.
“mianhe Jimin-ah” ucap Shella didalam pelukan Jimin.
Jimin mulai melepaskan pelukannya, menatap wajah Shella lekat. Kemudian Jimin mulai mendekatkan wajahnya pada Shella, perlahan. Tidak lama bibirnya sudah menempel pada bibir Shella. Melihat tidak ada penolakan darinya, Jimin mulai melumatnya perlahan bibir Shella.
Shella hanya diam, menerima setiap sentuhan yang diberikan oleh Jimin. Entah kenapa rasa begitu berbeda. Jantung Shella berdetak lebih cepat dari biasanya, bahkan melebihi ketika bersama Jungkook.
Terbuai oleh perlakuan Jimin, Shella mulai melingkarkan tangannya pada leher Jimin dan membalas lumatan bibir Jimin. Jimin menekan tengkuk Shella untuk memperdalam ciuman mereka.
Cukup lama bibir mereka bersatu, akhirnya Jimin melepaskan tautannya. Membiarkan mereka berdua menghirup udara lebih banyak lagi.
Shella menundukkan kepalanya, mungkin karena merasa malu atau merasa bersalah. Ciumannya kali ini dengan Jimin begitu membuat candu baginya.
‘bagaimana bisa aku merasa seperti ini dengannya ?’ batin Shella.
“apa kau marah padaku ?” ucap Jimin gugup melihat tingkah Shella yang hanya menundukkan kepalanya daritadi.
“ahh t-tidak” jawab Shella dengan gugup juga.
Suasana mereka saat ini benar-benar canggung.
“mianhee, aku melakukan sesuatu yang salah” ucap Jimin merasa bersalah dengan tindakannya tadi.
“aku tidak apa-apa” Shella hanya menundukan kepalanya, rasanya wajahnya sudah memerah saat ini.
“apa kau ingin pulang ?” tanya Jimin.
“ahh iyaa” jawab Shella.
Seperti itu keputusan yang tepat daripada harus merasa canggung berdua dengannya seperti itu.
Shella dan Jimin mulai masuk kedalam mobilnya dan kembali pulang kerumah. Didalam mobil mereka sama sekali tidak berkata apapun selain Shella menunjukkan jalan pada Jimin.


Beberapa hari kemudian.

Shella baru saja menyelesaikan ujian sekolahnya dan sudah beberapa hari ini Shella tidak bertegur sapa dengan Jungkook, lebih tepatnya Shella mengabaikan Jungkook. Setiap kali Jungkook menyapanya atau berbicara dengannya, Shella hanya diam saja tanpa mengucapkan sepatah katapun dan menghindar darinya. Jungkook bingung apa yang terjadi dengan Shella, mengapa dia seperti itu?
Jungkook sudah berkali-kali mencoba bertanya kepada Shella apa alasan Shella menjadi seperti itu, tetapi hasilnya selalu saja nihil, karena Shella sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan Jungkook dan pergi begitu saja. Dia juga sempat meminta batuan dari member lain untuk bertanya dengan Shella, tapi jawaban Shella selalu sama ‘aku tidak apa-apa/aku baik-baik saja.’
Mungkin perasaan Shella masih terlalu sakit untuk sekedar berbicara dengan Jungkook, hanya satu-satunya member yaitu dengan Jiminlah dia mau menumpahkan segala kesedihan dan kesakitan hatinya. Shella mulai merasa nyaman dengan Jimin, terlebih memang Jimin dari awal sangat perhatian dengannya. Dan ditambah kondisi hati Shella yang terpuruk seperti ini. Sempat terfikir dalam benak Shella, apakah dia sudah jatuh dalam pesona Jimin ? bukankah itu mustahil ? dia juga tidak tahu yang dia lakukan itu benar atau salah.
**

Jungkook duduk dibangku balkon kamarnya. Dia membungkukkan badannya dengan kedua tangan memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Banyak beban yang harus dia fikirkan akhir-akhir ini, Shella yang tidak mau berbicara dengannya, Hyura yang sakit parah, konser yang akan diadakan sebentar lagi dan harus menghafal semua koreografinya.
“aaaarrrggghhhhhh” Jungkook berteriak seraya mengacak-acak rambutnya sendiri. Dan kemudian mengusap kasar wajahnya.
V dan Jin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Jungkook dari dalam kamarnya. Jimin yang saat itu juga sedang berada dikamar itu merasa geram.
“apakah dia akan baik-baik saja ?” ucap Jin.
“Hyung, kau hampiri dia” ucap V menyuruh Jin hyung untuk menenangkan Jungkook.
“tidak usah, dia butuh waktu sendiri” jawab Jin seraya membereskan baju-bajunya.
“dia bisa gila jika terus berlama-lama seperti itu” ucap V yang sedikit khawatir dengan keadaan Jungkook sekarang.
Jimin yang mengetahui keadaan sebenarnya itu hanya terdiam dalam lamunannya.
Jin menghela nafas menatap punggung Jungkook yang sedang depresi itu dari dalam kamarnya.
“bahkan dia tidak makan dan tidak tidur selama beberapa hari ini hyung” tambah V yang semakin memperbesar rasa khawatirnya.
“bukankan kondisinya harus fit, konser kita akan dilakukan sebentar lagi” ucap Jin.
“benar. Sebenarnya apa yang terjadi antara dia dan Shella ? apa mereka benar-benar putus ?” V bertanya-tanya dengan wajah polosnya.
“dengar-dengar bahkan Shella tidak mau berbicara dengan Jungkook sepatah katapun” tambah V.
“sudahlah, aku akan mencoba berbicara dengannya nanti” ucap Jin.
“hyaaa, hyung mengapa kau diam saja ? kau tidak merasa khawatir dengan Jungkook ?” ucap V setelah menyadari keberadaan Jimin yang hanya diam saja daritadi.
“eoh, tentu saja aku mengawatirkannya” ucap Jimin setelah lamunannya dibuyarkan.

**
Disisi lain, Shella duduk dipinggir ranjang tempat tidurnya dengan memeluk kedua lutut kakinya. Matanya terasa pedih karena hampir tiap malam dia menangis, tetapi untung saja ujian yang dia lakukan selama 3 hari kemarin berjalan dengan lancar, walaupun dihantui dengan bayangan Jungkook dan Jimin terus setiap saat.
Shella merebahkan badannya diatas kasur kesayangan miliknya tersebut. Dia meraih handphonenya dan mengecek isi pesannya yang sudah beberapa hari ini tidak dia baca. Kemudian membaca pesan terakhir yang ternyata dari sahabatnya tersebut.
From : Kharissa
Shell, apa kau akan ikut ke club denganku malam ini ? sedikit menghilangkan jenuh usai ujian, ayolah kita akan bersenang-senang^^

Shella menatap layar ponselnya, pikirannya berputar. Sebelumnya dia tidak pernah pergi ke club sama sekali, apalagi untuk menari-nari tak tentu arah dengan para lelaki tidak dikenal hingga mabuk. Tapi dengan perasaan yang seperti sekarang ini, seperti itu sesuatu yang harus dicoba.
Dear : Kharissa
Baiklah, kita akan bertemu diclub.

Shella meletakkan handphonenya kesembarang tempat. Entah pilihannya itu benar atau tidak, tapi dia benar-benar ingin melupakan masalahnya saat ini. Rasanya sudah cukup Shella menangis dan mengurung diri dikamar seperti ini. Karena jika harus bercerita dengan Kharissa atau Nadia pasti mereka akan lebih menganggap dia gila, karena kedua sahabatnya itu masih tidak mempercayai BTS ada dirumahnya saat ini, apalagi mempercayai bahwa Shella terlibat urusan percintaan mereka.
“Shella-ya ?” panggil seseorang dari depan pintu kamarnya.
“apakah aku boleh masuk ?” tanya seseorang itu lagi.
Shella mendengar suaranya itu tidak asing baginya, siapa lagi kalau bukan Jimin. Karena saat ini hanya dengan Jimin lah Shella mau menceritakan semuanya tentang masalah dan apa yang dirasakannya. Dan dia termasuk member yang paling dekat dengannya.
“masuklah” teriak Shella memberi jawaban.
Jimin memasuki kamarnya dan langsung ikut membaringkan tubuhnya disamping Shella.
“kau sudah makan ? kau terlihat lebih kurus beberapa hari terakhir ini” ucap Jimin khawatir.
“bagus deh, jadi aku tidak perlu berdiet lagi” jawab Shella enteng.
“hyaaa!! Apa kau tidak mengkhawatirkan sedikitpun dengan kesehatanmu ?” ucap Jimin dengan nada sedikit meninggi.
“aku sedang malas mendengar celotehmu” jawab Shella enggan meneruskan percakapan itu.
“aishhh, sampai kapan kau akan seperti itu terus ?” ucap Jimin.
Shella hanya terdiam mengabaikan pertanyaan Jimin dan bangkit dari posisi tidurnya menjauhi Jimin.
Jimin hanya menghela nafas panjang melihat tingkah Shella seperti itu. Dia akan terus berusaha untuk mengembalikan Shella yang dulu. Jimin bangkit dan mensejajarkan posisinya dengan Shella.
“apa kau marah karena malam itu? mungkin karena aku juga, tidak hanya Jungkook ?” tanya Jimin tiba-tiba.
Degh. Shella cukup terkejut dengan pertanyaan Jimin yang satu itu. Shella mengingat kembali kejadian dia berciuman dengan Jimin setelah tragedi yang menggerus hatinya dan membuatnya menjadi seperti ini.
“.....” Shella hanya terdiam.
“ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu” ucap Jimin lembut.
“apapun itu aku tidak akan mendengarnya jika itu tentang dia” jawab Shella mengalihkan pandangannya.
“tapi kau tetap harus mendengarnya” ucap Jimin sedikit menegaskan.
Shella hanya terdiam dan mulai kembali fokus pada handphonenya.
“miyane, jika aku pernah melakukan kesalahan padamu, tapi sekali saja kau dengarkan perkataanku” ucap Jimin lagi.
Dan percuma saja, Shella hanya terdiam sama sekali tidak merespon ucapan Jimin dan pura-pura tidak mendengarnya.
“terserah kau mau mendengarnya atau tidak, aku tetap akan mengatakannya padamu” Jimin menghela nafas panjang bersiap untuk berbicara dengan Shella.
“bukannya aku tidak mengerti perasaanmu sekarang, tapi kau harus melihat kondisi Jungkook saat ini, dia benar-benar terlihat sangat depresi, kami sudah berusaha untuk menenangkannya tapi sepertinya hasilnya percuma” ucap Jimin.
Shella mulai menghentikan aktifitasnya dan menatap tajam ke arah Jimin.
“aku sudah tidak ada urusan dengan itu, bukankah dia sudah memiliki wanita yang lebih disukainya ? berarti apa aku baginya ? seharusnya dia datang kepada wanita itu” ucap Shella mempertegas.
Tiba-tiba saja mata Shella kembali berkaca-kaca. Entah mengapa setiap mendengar nama Jungkook hatinya begitu sakit. Karena jika mendengar namanya, yang terlintas dalam benak Shella hanya bayangan Jungkook dan Hyura yang dia lihat pada saat itu. Shella merasa bahwa dirinya bukan apa-apa dibanding Hyura yang sudah mengenal Jungkook lebih dalam.
“aku memang tidak mempunyai hak dalam urusan hubungan kalian dan ini juga bukan tentang perasaanmu, tapi ini menyangkut grup kami” ucap Jimin.
Jimin bangkit kemudian merubah posisi menjadi didepan Shella seraya menjajarkan posisinya dengan posisi Shella.
“Konser kita akan diadakan sebentar lagi, ku mohon buatlah dia baik kembali, karena aku yakin hanya kau yang bisa. Bagaimanapun Jungkook penting bagi kami, dan aku mewakili BTS memohon kepadamu untuk melakukan itu” ucap Jimin memperlemah suaranya.
“.....” Shella masih terdiam, kelopak matanya masih berusaha membendung air mata yang hendak jatuh tersebut.
“waktu kita tidak banyak Shella-ya. Aku berharap kau mengerti. Jika kau benar-benar membencinya, kau tidak perlu waktu lama, karena setelah melakukan konser, kita akan segera kembali ke Korea” Jimin bangkit dari tempat duduknya.
“Dan kau hanya perlu melupakan kami” ucap Jimin dengan suara lirih, lalu berjalan pergi meninggalkan Shella yang sedang menahan isakan tangisnya tersebut.
Jimin berhasil keluar dari kamar Shella. Dibalik pintu Jimin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya kasar. Kenapa saat ini malah hatinya yang terasa sakit ? dia memikirkan apa benar dia akan segera berpisah dengan Shella ? apakah mereka tidak akan bertemu kembali ? Jarak Korea – Indonesia, apa itu akan menjadi penghalang baginya nanti ? apa tidak ada hal lebih penting lain yang bisa dia pikirkan? Tentu saja tidak ada, Shella adalah yang terpenting bagi Jimin saat ini. Jimin memegangi dadanya yang begitu terasa sesak.

Disisi lain Shella menumpahkan semua tangisnya didalam kamar. Suara isakan tangisnya itu menggema diseluruh ruangan tersebut.


Malam Harinya
Shella mempoles sedikit wajahnya dengan make up untuk menutupi wajahnya yang kusam dan matanya yang bengkak karena terus menerus menangis. Shella sedang bersiap-siap untuk segera pergi ke club menyutujui ajakan sahabatnya Kharissa tadi. Dress mini warna hitam ketat itu menghiasi tubuh Shella saat ini, jujur saja semenjak membeli pakaian itu baru sekali ini dia pakai karena memang Shella tidak begitu menyukai pakaian ketat yang memperlihatkan bentuk lekuk tubuhnya.
Setelah persiapannya selesai. Shella melihat penampilannya didepan cermin, dengan membawa tas tangan warna hitam yang ada digenggamannya dan mantel berwarna coklat menggantung dikedua sisi bahunya.
‘baiklah Shella, kau akan menjadi wanita yang berbeda malam ini’ batinnya.
Kemudian dia berjalan tergesa-gesa keluar kamarnya, berharap jangan sampai bertemu dengan member BTS karena sudah pasti itu meribetkan untuk Shella. Dia berjalan melintasi ruang tamu rumahnya, dan terdapat para member BTS disana. Jang. Ternyata dugaannya salah.
“whoaa, kau terlihat berbeda Shella-ya” ucap V begitu melihat penampilan Shella.
“apakah itu termasuk proses pendewasaan setelah lulus dari SMAnya ?” ledek Suga.
Shella merasa sedikit risih juga dengan pakaian yang dia gunakan saat ini, tetapi dia mencoba bersikap biasa saja. Shella yakin semua member BTS pernah melihat lebih dari apa yang digunakan pakaian minim Shella saat ini, apalagi di negara mereka Korea sana.
“omo! Shella-ya, tumben sekali kau berdandan dan kau akan pergi kemana dengan pakaian seperti itu ?” tanya Jhope membulatkan matanya.
“aku akan pergi dengan teman-temanku, baiklah aku pergi dulu” jawab Shella tersenyum simpul kepada para mereka.
Shella mengetahui ada Jungkook disana, maka dari itu dia tidak ingin berlama-lama ditempat itu dan berusaha dengan cepat mengakhiri pertanyaan yang terus dilontarkan kepadanya.
“dengan pakaian seperti itu ? apakah ada acara ulang tahun ?” tanya Jhope lagi menahan kepergian Shella.
“tidak, hanya ingin bersenang-senang” jawab Shella.
“lebih baik kau ganti pakaianmu, itu terlalu terbuka” ucap Jimin mendekati Shella yang menutup sebagian tubuh Shella dengan mantel yang menggantung dibahunya.
“tidak apa-apa, aku nyaman dengan ini” jawab Shella, padahal dalam hatinya dia juga tidak menyukainya.
“baiklah sudah cukup, aku pergi dulu Oppa” Shella berjalan dengan mempercepat langkahnya menuju garasi mobilnya.
Melihat itu Jungkook buru-buru bangkit dan segera mengejar Shella. Jimin ingin ikut mengejarnya tetapi kemudian ditahan oleh Jhope.
Saat hendak membuka pintu mobil, Jungkook sudah lebih dulu menggenggam erat tangan Shella.
“ada apa ini ? lepaskan” Shella meronta mencoba melepaskan setelah mengetahui Jungkook yang sedang memegang tangannya.
“sudah cukup kau seperti ini, berhentilah sekarang” ucap Jungkook tajam.
“aku tidak punya waktu berbicara denganmu dan mulai sekarang kita sudah tidak ada urusan lagi” jawab Shella ketus dan menatap tajam kembali mata Jungkook seraya menahan sesak yang ada didalam dadanya.
“apa yang membuatmu menjadi seperti ini Shella-shi ? apa salahku padamu? Cepat katakan !!” ucap tegas Jungkook, matanya mulai berkaca-kaca.
“.....” Shella hanya terdiam dan masih terus menatap mata Jungkook.
“baiklah jika masih belum mau menjawabnya, bukankah kau akan pergi, aku akan ikut denganmu” Jungkook segera berjalan duluan kearah pintu mobil samping kemudi dan duduk didalamnya.
“apa yang kau lakukan ?” teriak Shella melihat perilaku Jungkook seperti itu.
“cepat masuk, jalankan mobilmu” jawab Jungkook dengan melipat kedua tangannya didepan dada.
Shella mematung, dia menghela nafas berat dan kemudian segera masuk kedalam mobilnya. Menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jungkook.
Jungkook terus berpegangan pada handle untuk mengimbangi gerakan tubuhnya didalam mobil, sesekali Jungkook menoleh kearah Shella. Yap, Jungkook melihat Shella meneteskan air matanya, tapi setiap kali air mata itu jatuh Shella segera menghapusnya kasar. Jungkook tau Shella sedang menahan sesuatu, dan Jungkook juga tau jika sebenarnya dia sudah menyakiti hati gadisnya tersebut.
‘miyane Shella-ya’ ucap Jungkook dalam hati.

....................................................................................................

Shella Home
Para member merasa heran dengan memperhatikan tingkah Shella dan Jungkook. Tiba-tiba saja raut wajah Jimin sedikit berubah. Mungkin ada perasaan cemas dalam hatinya.
“apakah Jungkook ikut pergi dengan Shella ?” tanya V.
“sepertinya begitu, semoga saja malam ini hubungan mereka akan segera membaik” harap Jin.
“aku mulai mengkhawatirkannya” ucap V lagi.
“sudahlah, Jungkook sudah dewasa sekarang, dia bisa mengurus dirinya sendiri dan menyelesaikan masalahnya” ucap Suga dewasa.
Para member hanya menghela nafas secara bersamaan mendengar perkataan Suga dan mengingat hal yang sedang menimpa dongsaengnya tersebut.

**
Shella Pov

Tidak lama setelah itu aku mencari tempat untuk memarkirkan mobilku di halaman club yang cukup besar itu. Aku masih duduk terdiam didalam mobil, begitu juga Jungkook.
“mengapa kau tidak turun ? bukannya kau akan bertemu teman-temanmu ?” tanya Jungkook mulai membuka suara.
“hffsss...” Aku hanya menghela nafas panjang dan aku menoleh kearah lelaki yang paling menyebalkan saat ini menurutku.
“bagaimana bisa aku membiarkanmu ikut denganku dengan popularitasmu itu ?” tanyaku sedikit lesu.
“apakah didalam sana akan ada banyak orang yang mengenalku ? lagipula aku juga tidak peduli, selama kamu tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga membuatmu seperti ini, aku akan terus mengkutimu kemanapun kau pergi” jelas Jungkook.
Tiba-tiba aku teringat perkataan Jimin tadi siang. Tidak lama BTS akan melakukan konser dan setelah itu mereka akan kembali ke Korea. Apa yang harus aku lakukan ? aku memejamkan mataku sejenak.
“baiklah, aku akan berbicara denganmu, tapi tidak sekarang atau tidak tau kapan” ucapku sambil membuka pintu mobil. Jujur saja perasaanku masih sakit mengingat kejadian waktu itu. Mungkin aku masih butuh waktu untuk berbicara dengannya.
Kulihat Jungkook hanya terdiam, kemudian mengikuti langkahku dari belakang memasuki club tersebut. Untung saja temanku Kharissa menyewa privat room malam ini, jadi mungkin itu akan cukup aman untuk Jungkook. Dan lagipula didalam sangat ramai dan dipenuhi orang mabuk jadi sepertinya tidak ada orang yang mungkin sempat untuk sekedar mengenali Jungkook.
Jujur saja aku baru pertama kali pergi ketempat seperti ini, ya seperti dugaanku, bau asap rokok dan alcohol menyelimuti udara didalam bar club tersebut, sungguh aku sangat tidak menyukainya. Tempat berkumpul sebagian warga Jakarta bergengsi tinggi untuk melepas penat atau berbagai masalah dunia dengan cara yang salah menurutku. Karena dinegaraku Indonesia melarang peredaran bebas minuman beralcohol tersebut.
“kau mau apa ketempat seperti ini ?” tanya Jungkook heran.
“bertemu teman” jawabku enteng. Dan akhirnya Jungkook tidak berkomentar kembali.
Aku melihat sekeliling mencari seseorang diantara puluhan orang yang sedang menari tak tentu arah mengikuti alunan musik DJ. Dan mataku tertuju pada salah satu bartender yang sedang sibuk menuangkan minuman kedalam gelas. Aku menghampirinya diikuti oleh Jungkook.
“permisi, room atas nama Kharissa disebelah mana ya ?” tanyaku sedikit berteriak karena alunan musik DJ yang begitu keras.
“tunggu sebentar” jawab bartender tersebut.
Bartender itu berjalan belakang seperti sedang memeriksa sesuatu dan tidak lama dia datang menghampiriku kembali.
“dia berada di room nomer 102 nona” jawab ramah bartender tersebut.
“baiklah terimakasih” ucapku tersenyum pada pegawai bar tersebut, dan segera melangkah mencari room 102 diikuti oleh Jungkook yang hanya menuruti langkahku daritadi.
“ah ini dia” ucapku setelah beberapa menit mencari room yang semestinya.
Aku segera membuka pintu room tersebut dan menyuruh Jungkook untuk menunggu diluar dahulu. Setelah itu aku mendapati Kharissa yang sedang duduk menunduk sendirian dengan menggunakan pakaian atasan tangtop dan rok mininya ciri khasnya ditambah segelas wine berada di genggaman tangannya. Dan beberapa botol wine diatas meja yang belum terbuka. Aku memikirkan entah Jungkook akan merasa nyaman dengan ini atau tidak.
“oh, Shella kamu datang juga akhirnya” ucap Kharissa disusul cengirannya. Sudah dipastikan dia sedikit mabuk.
“iya, hmm aku dengan seseorang tapi sebelumnya aku ingin berbicara denganmu, kamu masih sedikit sadar kan ?” tanyaku ragu.
“hahaha iya tenang saja Shell, aku belum mabuk kok aku baru minum 2 gelas saja haha” jawab Kharissa diikuti tertawa khas orang mabuk tersebut.
‘bagaimana bisa dia menyebut dirinya tidak mabuk dengan cara bicaranya yang seperti itu’ gerutuku dalam hati.
“lalu dengan siapa kamu kesini ?” tanya Kharissa sambil meneguk sisa wine yang ada didalam gelasnya.
“Jungkook” jawabku singkat.

To Be Continue...

Ehem.. mau curhat sedikit boleh kali ya? Buat yang mau baca aja sih hehe:’) sebelumnya author mau minta maaf yang sebesar-besarnya untuk para readers yang udah lama bgt nunggu kelanjutan FF iniL yap bener, FF ini udah hampir satu setengah tahun/dua tahun gak aku lanjutinLL kalau gak salah terakhir nulis FF sebelum aku UN tahun 2015 huhuhu miaannn:’( :’(. Jadi ceritanya abis UN itu aku lagi dilema sibuk cari kampus gitu, pokoknya lagi galauin universitas deh, akhirnya setelah aku dapetin kampus yang aku mau, aku liburan ke Jogja lama, engga liburan sih lebih tepatnya pulang kampung lama bgt diJogja. Sedangkan di Jogja gak bawa laptop dan gak ada internet. Dan akhirnya pulang ke Jakarta pas udah mempet bgt masuk kampus. Aku kira setelah masuk kampus bisa curi-curi dikit gitu buat nulis FF, tapi ternyata......... ampun mak, boro-boro inget FF, inget makan aja enggaLL (tapi gak kurus-kurus) hufff, tugas numpuk parah, tiada hari tanpa tugas pokoknyaL abis itu sibuk persiapan buat UTS, UAS, sibuk main dan sibuk pacaran juga sih hehe:””))) ya pokoknya sibuk yang lain-lain juga. Sampai pada akhirnya kemarin aku baru sempet buka folder FFku dan aku nemuin part 11 yang udah aku tulis daridulu ini tapi udah aku perbarui sedikit sih. Hmm... Ngerasa bersalah bgt sih sama kalian readers yang sampe ngirim pesen di dm instagram, twitter, dll nagih untuk kelanjutan FF ini, tapi mungkin jawaban aku bikin kalian kecewa dan aku bilang klo aku udah lupa sama jalan ceritanya jadi kemungkinan gak bakal aku lanjutinLL tapi akhirnya aku mutusin untuk baca ulang FF abal-abalku ini dari awal dengan niatan mau ngelanjutin sampai akhir, tapi jujur aja aku masih susah nyari waktu buat nulis dan cari inspirasinya, ini aja aku post FF ini jam 1 malem. Jadi harap maklum yang sebesar-besarnya jika part ke 12 nanti mungkin lama juga untuk aku postingnya, tapi aku bakal usahain tetep lanjutin kok. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya dan maaf juga udah bikin kalian kecewa bgt huaaaaLLLLL dan makasih banyak buat readers yang masih setia nungguin FF abal-abal kyk gini sampe ngirim pesen berkali-kali ke semua sosmed aku, tapi gak tau deh sekarang masih ada yang mau baca apa enggaLLL Huhu maaf sekali lagi maaf bangetLLL.
Oke sekian.